Tomat Ajaib Untuk Membasmi Telur Nyamuk Aedes aegypti 

        Tomat adalah salah satu tanaman holtikultura yang hidup berdampingan dengan manusia. Tanaman ini hiduonya merambat dan memiliki usia panen sekitar 75 hari. Tanpa kita sadari selama ini tomat hanya dimanfaatkan untuk dikonsumsi, baik itu dimasak atau sebagai minuman penyehat tubuh. Padahal apabila ditelusuri lebih banyak, tanaman tomat memiliki manfaat sebagai ovisida yang dapat memasmi telur nyamuk. 

        Nyamuk Aedes egypti merupakan nyamuk yang sering kita jumpai di area tempat tinggal. Nyamuk ini memiliki kebiasaan menggigit karena tertarik dengan aroma organik dan ammonia. Gigitan nyamuk ini dapat menimbulkan penyakit salah satunya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD). Jika seseorang terinfeksi virus dengue digigit oleh nyamuk Aedes aegypti, maka virus dengue akan masuk bersama darah yang diisap olehnya. Didalam tubuh nyamuk itu virus dengue akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus akan berada dalam kelenjar air liur nyamuk. Jika nyamuk tersebut menggigit seseorang maka alat tusuk nyamuk (proboscis) menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu diisap maka terlebih dahulu dikeluarkan air liurnya agar darah yang diisapnya tidak membeku (Hadinegoro dan Rejeki, 2011). Bersama dengan air liur inilah virus dengue tersebut ditularkan kepada orang lain.

Menurut Soedarto (2012) klasifikasi nyamuk aedes yaitu sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Dipetera

Famili : Culicinae

Genus :Aedes

Spesies :Aedes aegypti

(Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti Betina)

        Aedes aegypti betina mampu bertelur sebanyak 80-100 butir setiap kali bertelur. Pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah menjadi hitam dalam kisaran waktu 30 menit. Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong, berukuran kecil dengan panjang sekitar 6,6 mm dan berat 0,0113 mg, mempunyai torpedo, dan ujung telurnya meruncing. Jika dilihat dibawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion) akan tampak garis-garis membentuk gambaran sarang lebah (Fitria, 2012). 
(Gambar 2. Telur Nyamuk Aedes aegypti

        Telur akan menetas menjadi larva, larva Aedes aegypti terdiri dari 4 stadium yaitu larva instar I, instar II, instar III dan instar IV. Larva akan menjadi pupa dalam waktu sekitar 7-9 hari. Tubuh larva terdiri dari kepala, dada dan perut. Terdapat beberapa bagian tubuh yang menjadi ciri khas dari larva Aedes aegypti, salah satunya terdapat pada bagian perut larva, bagian perut larva tersusun atas 8 segmen. Pada segmen ke VIII dari perut larva, akan didapatkan adanya duri sisir, duri sisir yang terdapat pada larva Aedes aegypti memiliki duri samping sementara pada Aedes albopictus sisir tidak memiliki duri samping (Fitria, 2012). 
        Dengan melihat siklus perkembangan telur nyamuk Aedes aegypti maka kita dapat mencegah penetasan telurnya dengan ovisida. Pada umunya ovisida digunakan dengan bahan kimia. Masyarakat menganggap metode ini lebih mudah dilakukan karena bersifat lebih instan dan murah, tetapi dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan resistensi terhadap nyamuk karena residunya tidak dapat diuraikan dan dapat memasuki rantai makanan (Subashini dkk, 2017). Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai ovisida harus memiliki kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, dll. Hal ini sejalan dengan pernyataan Raveen, dkk (2017) bahwa tanaman yang mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, saponin, tanin, dan minyak atsiri adalah tanaman yang memiliki kemampuan untuk menghambat bahkan merusak membran telur. 



(Gambar 3. Tanaman Tomat)

Tanaman yang dapat dijadikan sebagai ovisida salah satunya yaitu daun tomat. Tanaman tomat merupakan tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan minyak atsiri. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Madona, et al., (2020) yaitu terkait pemanfaatan daun tomat sebagai ovisida nyamuk Aedes aegypti dengan perlakuan  uji ekstrak daun tomat 0.1%, 0.3%, 0.5%, 0.7%, dan 1%. Masing-masing larutan dengan konsentrasi perlakuan dituangkan kedalam gelas plastik, masing-masing gelas diisi 25 butir telur  Aedes aegypti. Hasil yang diperoleh yaitu banyaknya telur yang tidak menetas pada konsentrasi ekstrak daun tomat 1% diduga karena efek ekstrak daun tomat yang mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, alkaloid dan minyak atsiri yang dapat berperan sebagai ovisida terhadap telur nyamuk Aedes aegypti. Menurut penelitian Cheah dkk (2013), senyawa aktif yang diduga berperan penting pada proses penghambatan daya tetas telur adalah flavonoid. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwaningsih dkk (2015), bahwa ekstrak yang mengandung flavonoid mampu menghambat pertumbuhan telur nyamuk Aedes aegypti menjadi larva bahkan merusak tleur sehingga terjadi kerusakan pada cangkang telur. Hal ini juga diperkuat oleh Mayangsari dkk (2015), senyawa lain yang berperan aktif dalam proses penghambatan penetasan telur adalah saponin. Senyawa ini merupakan suatu triterpenoid yang berperan sebagai ecdyson blocker dan merupakan suatu entomotoxicity yang dapat menghambat perkembangan telur menjadi larva. Mekanisme kerja Flavonoid terhadap telur Aedes aegypti menurut Cania dkk (2013), yaitu diduga terjadi karena masuknya zat aktif ke dalam telur melalui titik-titik poligonal yang terdapat pada seluruh permukaan telur. Masuknya zat aktif tersebut dikarenakan potensial insektisida dalam air yang berada dilingkungan luar telur lebih tinggi (hipertonis) dari potensial air yang terdapat di dalam telur (hipotonis) sehingga dapat mengganggu proses metabolisme dan menyebabkan berbagai macam pengaruh terhadap telur. 
        Penelitian yang dilakukan oleh Mira Madona, et al., (2020) membuktikan bahwa tanaman tomat dapat digunakan sebagai ovisida nyamuk Aedes aegypti. Dengan perlakuan konsentrasi 1% ekstrak daun tomat maka telur aedes aegypti tidak mampu menetas. Zat yang terkandung di dalam tanaman tomat salah satunya yaitu flavonoid yang dapat menghambat daya tetas telur. 



DAFTAR PUSTAKA

Cania, BE. dan Setyaningrum, E. (2013). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) terhadap Larva Aedes aegypti. Medical Journal of Lampung University, 52(4), 52- 60.

Cheah, S.-X., Tay, J.-W., Chan, L.-K., dan Jaal, Z. (2013). Larvicidal, oviposition, and ovicidal effects of Artemisia annua (Asteralis: Asteraceae) against Aedes aegypti, Anopheles sinensis, and Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae). Parasitology Research, 112(9), 3275-3282.

Fitria. 2012. Nyamuk Anophelini dan Cullicini. Semarang

Hadinegoro, S.Sri Rezeki (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta.

Mayangsari, I., Sidharti, L., dan Kurniawan, B. (2015). The Effects Of Krisan Flower (Crhysanthemum morifollium) Extract As Ovicide Of Aedes aegypti’s Egg. Jurnal Majority, 4(5).

Mira Madona, Endah Setyaningrum, Gina Dania Pratami, dan Mohammad Kanedi. 2020. Efektivitas Ekstrak Daun Tomat (Solanum lycopersicum L.) Sebagai Ovisida Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Vol.7(1).

Purwaningsih, N. V., Kardiwinata, M. P., dan Utami, N. W. A. (2015). Daya Bunuh Ekstrak Daun Srikaya (A. squamosa L.) terhadap Telur dan Larva Aedes aegypti. CAKRA KIMIA (Indonesian E-journal of Applied Chemistry), 3(3), 96-102.

Raveen, R., Ahmed, F., Pandeswari, M., Reegan, D., Tennyson, S., Arivoli, S., dan Jayakumar, M. (2017). Laboratory evaluation of a few plant extracts for their ovicidal, larvicidal and pupicidal activity aginst medically important human dengue, chikungunya and zika virus vector, Ae. Aegypti Linnaeus 1762 (Diptera: Culicidae). Int J Mosq Res, 4(4), 17-28.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic Fever. Sugeng Seto. Jakarta

Subashini, K. Sivakkami, R. Jeyansankar, A. (2017). Phytochemical Screening and Ovicidal Activity of Scutellaria Violacea Leaf Extract Against Vector Mosquitoes (Diptera Culicidae). International Journal of Advanced Research Biological Sciences. 4 (3), 523-528.