Kemampuan
Menempel pada Kaki Cicak dan
Jenis Mangsa Dominan
Kemampuan cicak untuk bisa menempel pada
semua bidang permukaan, mulai dari permukaan kaca, tembok kasar, tembok halus,
kayu, meja, dan lainnya sudah menjadi rahasia umum. Selain itu, cicak mampu
berjalan hingga berlari di bidang vertikal dan bidang tanah. Kemampuan tersebut
diketahui berasal dari struktur perekat yang ditemui di bagian bawah jari –
jari kaki, disebut juga lamela. Lamela atau guratan pada telapak kaki cicak
membentuk alur paralel yang memastikan cicak mampu menempel dan berjalan di
berbagai permukaan. Strutktur kaki cicak terdiri dari lamela, setae, dan
spatulae. Salah satu sifat dasar dari struktur perekat di bantalan kakinya
yaitu membantu proses pencapaian adhesi terkendali dan hemat energi, sehingga
mempengaruhi ketergantungan arah adhesi mereka. Cara cicak mengendalikan pelekatan
dan pelepasan melalui gaya geser, hal ini terjadi dengan cara menarik kakinya
ke arah atau mendorong kaki menjauh dari tubuh.
Cicak menggunakan bantalan kaki yang melekat secara dinamis dengan gerakan “menggulung dan mencengkram dengan jari kaki”. Disisi lain kinerja bantalan perekat tidak hanya bergantung pada lapisan setae perekat itu sendiri, tetapi juga pada cara penggunaannya untuk pergerakan pada tingkat jari kaki dan telapak kaki. Dominansi manusia dalam mengubah hutan, lahan pertanian, lahan perkebunan menjadi hunian, baik itu rumah, hotel, apartement, dan lainnya menjadikan cicak beradaptasi dari segi bertahan hidup. Memiliki kelebihan berjalan di bidang vertikal menjadikannya mudah untuk bisa masuk ke dalam bangunan manusia. Selain itu, adanya pergeseran mangsa, yang semula hanya serangga terbang, kini cicak dapat memangsa serangga jenis lain. Adaptasi tersebut tentunya didukung oleh perekat di kakinya yang memudahkan mereka berpindah dari satu area ke area lain. Genus cicak Hemidactylus merupakan genus paling invasif. Spesies Hemidactylus frenatus masuk melalui jalur perdagangan dan kemampuan adaptasinya yang baik, menjadikannya mampu bertahan hidup di perkotaan pada ketinggian 800 – 1700 mdpl.
Aktivitas manusia yang semakin masif
berkorelasi positif pada munculnya hama – hama lain yang bisa menjadi mangsa
cicak Hemidactylus frenatus. Munculnya kawasan industri seperti pabrik,
hotel, perumahan, dan apartement tentunya meninggalkan sisa – sisa makanan atau
limbah domestik yang cocok untuk habitat hama kecoa, nyamuk, laba – laba, dan
lainnya. Mangsa dominan
untuk Hemidactylus frenatus yaitu golongan Diptera (22.73%), Araneae (20.45%),
Hymenoptera (17.05%), Lepidoptera (14.20%) dan Coleoptera (10.80%). Untuk
diptera merupakan nyamuk genus Anopheles sp, Culex sp., dan Aedes sp.
dan untuk kecoa yaitu kecoa amerika. Sehingga dari data tersebut dapat
diketahui bahwa mangsa yang lebih banyak, berhubungan dengan hewan artropoda di
lingkungan permukiman.
Spesies lain dari genus Hemidactylus yaitu Hemidactylus mabouia merupakan jenis yang banyak ditemui di wilayah negara Kuba timur, barat, hingga tengah. Jenis mangsa dominan dalam perburuannya untuk bertahan hidup di alam yaitu kecoa, laba – laba, dan kutu kayu. Persentase mangsa Hemidactylus mabouia adalah rayap (54,55%) untuk jantan dewasa, semut (20,4%), kutu kayu (17,02%), laba-laba (14,89%), dan kecoa (14,89%) untuk betina dewasa, dan kutu kayu (24,14%) untuk remaja. Kontribusi rendah artropoda terbang dalam makanan Hemidactylus mabouia diketahui dari fakta bahwa semua perburuan mangsa dilakukan di mikrohabitat yang tidak memiliki cahaya buatan. Hal ini berkaitan dengan serangga terbang yang sudah dikenal sebagai mangsa cicak, mendekat ke cahaya buatan sementara perilaku berdiam diri dan menunggu di dekat cahaya sebagai kebiasaan cicak rumah untuk memangsa. Sehingga antara spesies dalam genus Hemidactylus memiliki preferensi mangsa yang berbeda bergantung pada habitat mereka hidup.
Cicak memangsa kecoa
REFERENSI
Wang, Z., Gorb, S. N., & Dai, Z. (2020). Control strategies of gecko’s toe in response to reduced gravity. Applied Sciences, 10(7), 1-9.
Corona, Y. M., Bustos-Zagal, M. G., Castro-Franco, R., & Trujillo-Jimenez, P. (2018). The Asian House Gecko Hemidactylus frenatus (Sauria: Gekkonidae), contributes to the control of hematophagous mosquitoes in urban areas of the Mexican State of Morelos. Res & Rev: J Zool Sci, 6, 17-21.
Iturriaga, M., & Marrero, R. (2013). Feeding ecology of the Tropical House Gecko Hemidactylus mabouia (Sauria: Gekkonidae) during the dry season in Havana, Cuba. Herpetology Notes, 6(1), 11-17.
Autumn, K.; Liang, Y.A.; Hsieh, S.T.; Zesch, W.; Chan, W.P.; Kenny, T.W.; Fearing, R.; Full, R.J. (2000). Adhesive force of a single gecko foot-hair. Nature, 405, 681–685.
Filippov, A.E.; Gorb, S.N. (2015). Spatial model of the gecko foot hair: Functional significance of highly specialized non-uniform geometry. Interface Focus, 5, 1-7
Author : Field Biologist