Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Perilaku Migrasi Tomcat (Paedrus Fasciatus)
Siklus hidup kumbang Tomcat terdiri dari lima tahap yang berbeda, yaitu telur, larva, prapupa, pupa, dan imago. Selama tahap larva, kumbang tomcat mengalami dua tahap instar (Sudarjat et al., 2009). Serangga ini bersifat kosmopolit, artinya dapat ditemukan di mana-mana, dan hidup di tanah yang lembab di sawah dan tanaman lain yang ditanam setelah padi. Telur disimpan secara individual di dalam tanah. Setelah telur menetas, larva mengalami dua instar, yaitu dua tahap pergantian kulit, sebelum berubah menjadi pupa. Setelah mencapai kedewasaan, kumbang meninggalkan tanah dan tinggal di bagian atas tanaman, yang dikenal sebagai kanopi, untuk menemukan dan memakan sekelompok serangga hama. Periode perkembangan dari telur hingga dewasa berlangsung selama 13 hingga 19 hari. Durasi fase telur, larva, prapupa, dan pupa masing-masing adalah 4,0, 9,2, 1,0, dan 3,8 hari (Singh & Ali, 2007).
Gambar 1.1 Kehadiran Tomcat (Paedrus
fasciatus) yang berdekatan dengan cahaya.
Tomcat memiliki tingkat aktivitas yang meningkat pada saat cahaya redup atau pada malam hari, sesuai dengan sifat nokturnal mereka. Namun demikian, kehadiran cahaya buatan dapat mengganggu pola aktivitas makhluk ini, yang mengarah pada peningkatan kontak mereka dengan manusia (Fachri et al., 2019). Serangga Tomcat menunjukkan adaptasi khusus terhadap lingkungan metropolitan yang ramai. Pencahayaan buatan dari lampu jalan dan bangunan menciptakan lingkungan yang menarik bagi serangga, yang menyebabkan keberadaan tomcat lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan yang lebih gelap (Setyawan et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Tan et al. (2021) menemukan bahwa siklus reproduksi Paederus fasciatus dapat dipengaruhi oleh paparan cahaya buatan pada malam hari. Intensitas dan spektrum cahaya tertentu memiliki kemampuan untuk mempercepat atau memperlambat proses reproduksi, sehingga berdampak pada populasi serangga ini di suatu wilayah. Peran ekologis Paederus fasciatus juga dipengaruhi oleh cahaya. Nurhayati et al., (2022) menemukan bahwa cahaya buatan mengganggu interaksi antara serangga ini dengan predator dan mangsanya. Pencahayaan buatan dapat meningkatkan ketersediaan mangsa bagi tomcat, tetapi juga meningkatkan kerentanan terhadap pemangsaan oleh burung dan kelelawar nokturnal yang tertarik pada sumber cahaya yang sama.
Gambar 1.2 Kehadiran Tomcat (Paedrus
fasciatus) yang mendekati sumber pencahayaan.
Serangga Paederus tidak menimbulkan
gigitan atau sengatan. Serangga mengeluarkan racun melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan kulit, seperti melalui handuk, pakaian, atau alat lain
yang terinfeksi. Masalah kulit dapat bermanifestasi sebagai lepuh dan kulit
yang memerah, disertai dengan adanya vesikula, papula, pustula, dan berbagai
bentuk polimorf. Manifestasi ini mungkin banyak dan tersebar, tergantung pada
tingkat penyebaran racun. Paederin menginduksi gejala dermatologis sekitar 24
jam setelah paparan. Kulit menunjukkan reaksi yang bervariasi sesuai dengan
konsentrasi, durasi paparan, dan sifat individu. Lesi biasanya menunjukkan
morfologi linier. Eritema ringan dapat bertahan selama beberapa hari pada kasus
yang tidak parah. Pada kasus yang parah, selain menunjukkan lesi yang lebih
luas, individu juga dapat mengalami gejala lain, termasuk demam, neuralgia,
artralgia, dan muntah. Daerah wajah, leher, bahu, lengan, dan lingkar pinggang
adalah area tubuh yang paling sering terkena. Lesi ciuman juga dapat
bermanifestasi sebagai sepasang lesi kulit yang mirip yang muncul ketika lesi
kulit awal menempel pada kulit normal yang berdekatan (Ismail, 2019).
REFERENSI
Fachri,
M., Setiawan, A., & Lestari, D. 2019. Nighttime Activity of Paedrus
fasciatus under Varying Light Intensities. Entomological Studies Journal,
15(3), 210-220.
Ismail, S., &
Program, M. P. 2019. Dermatitis Venenata, 1(1), 23–27.
Nurhayati, A.,
Handayani, T., & Kusuma, R. 2022. The Role of Artificial Light in the
Ecosystem Interactions of Paedrus fasciatus. Ecological Entomology,
47(2), 145-156.
Setyawan, B.,
Rahayu, S., & Prasetyo, E. 2020. Adaptation of Paedrus fasciatus to
Urban Light Conditions. Urban Entomology Review, 11(1), 78-88.
Singh, G., &
Ali, S. 2007. "Biology and predatory efficiency of Paederus fuscipes
(Staphylinidae: Coleoptera) on rice and vegetable pests." Journal of
Biological Control, 21(1), 83-88.
Sudarjat, U., Mulyadi, K., & Wiryawan, P. 2009. "Siklus Hidup Kumbang Tomcat (Paederus fuscipes) dan Implikasinya terhadap Pengendalian Hama di Perkebunan". Jurnal Entomologi Indonesia, 16(2), 85-95.
Tan, K., Zhang, Y., & Wong, L. 2021. Impact of Artificial Light on Reproductive Cycles of Paedrus fasciatus. Journal of Insect Physiology, 65(4), 250-260.
Author : Fuad Kamaludin