Semut di Rumah: Ancaman Tersembunyi dari Vektor Penyakit dan Bakteri Patogen

"Semut di Rumah: Ancaman Tersembunyi dari Vektor Penyakit dan Bakteri Patogen"


Semut merupakan salah satu serangga yang sangat lazim ditemukan di area pemukiman terutama rumah. Banyak sekali tipe semut yang dapat memasuki area rumah seperti semut kebun hitam (Lasius niger), semut bau busuk (Tapinoma sesil), semut firaun (Monomorium pharaonis), semut gila (Anoplolepis gracilipes), dan lain sebagainya. Karena kehadirannya sering diabaikan jika belum benar-benar mengganggu, banyak yang tidak menyadari bahwa semut dapat menjadi vektor bakteri penyebab penyakit ke manusia. 


Gambar 1. Semut firaun (Monomorium pharaonis)


Semut yang biasanya berkeliaran di rumah akan mencari sumber makanan dan air dimanapun termasuk toilet, tempat sampah, dan wastafel dapur. Karena hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa bakteri yang berada di tempat-tempat tersebut menempel di tubuh semut. Semut memang tidak membawa atau menyebarkan penyakit dengan cara yang sama seperti hama lainnya semisal kutu dan nyamuk, namun semut dapat menyebutkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan, termasuk beberapa bakteri berbahaya seperti Salmonella typhi penyebab tifus.



Gambar 2. Semut hitam (Lasius niger)

Menurut Alharbi et al. (2019), semut firaun (Monomorium pharaonis) dapat menularkan bakteri patogen ke tubuh manusia. Asosiasi semut dan bakteri telah terdeteksi di banyak rumah sakit, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan peran semut sebagai vektor penyakit dan penyebaran mikroba. beberapa penelitian yang dilakukan di rumah sakit telah menunjukkan hubungan mutualistik antara semut dan keberadaan bakteri yang ditemukan di eksoskeleton semut. Bahkan isolat bakteri yang diambil dari semut Paratrechina spp. dan Monomorium floricola ditemukan bakteri Bacillus spp., Listeria spp., Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella spp., Streptococcus sp., Staphylococcus aureus.

Penelitian di Balai Litbang Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan juga mengungkapkan bahwa semut yang ditemukan diantaranya yaitu Tapinoma melanocephalum, Anoplolepis gracilipes, Tetramorium sp., Paratrechina sp., dan Monomorium floricola (Setianingsih et al., 2017).

Pada isolat semut Tapinoma melanocephalum ditemukan bakteri Bacillus alvei dan Bacillus insolitus. Bacillus alvei belum lama ini diketahui pula menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada pasien penyakit ginjal kronik dan sepsis pada bayi meningoencephalitis prematur. Semut Anoplolepis gracilipes diketahui membawa bakteri yang menyebabkan infeksi oportunistik pada manusia, seperti E. agglomerans (Pantoea agglomerans) dan K. ozonae.

Semut Tetramorium sp. juga dapat menjadi vektor bakteri B. badius, S. liquefaciens dan E. sakazakii (Cronobacter sakazakii). B. badius sejauh ini belum diketahui jika dapat menyebabkan penyakit. S. liquefaciens merupakan bakteri gram negatif yang oportunistik, menyebabkan infeksi nosokomial melalui pembuluh darah, saluran pernafasan bagian bawah, saluran kemih, jaringan kulit dan jaringan halus lainnya pada pasien. Bakteri E. sakazakii sering diketahui mengkontaminasi susu bubuk formula bayi dan balita, sereal bayi, maupun sayur serta buah-buahan tertentu. Bakteri E. sakazakii merupakan patogen oportunistik yang dapat menyebabkan enterokolitis nekrotik, bakteremia, dan meningitis, khususnya pada bayi. 

Semut Paratrechina sp. diketahui membawa bakteri coccus gram negatif dan basil gram positif, sedangkan semut M. floricola hanya membawa bakteri basil gram positif. Bakteri- bakteri yang dibawa oleh kedua semut ini belum diketahui secara pasti apakah dapat menyebabkan penyakit pada manusia karena belum teridentifikasi secara jelas. 




REFERENSI 

Alharbi, J., S., Alawadhi, Q. & Leather, S., R. 2019. Monomorium ant is a carrier for pathogenic and potentially pathogenic bacteria. BMC Res Notes, 12(230), pp.1-5. 

Setianingsih, I., Ridha, M., R., Hidayat, S. & Andiarsa, D. 2017. Semut sebagai vektor mekanik bakteri di dalam Gedung Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan: studi pendahuluan. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 3(2), pp.42-49.





Author : Isnaeni Nur A.