Perkembangan Gigi Tikus Rumah (Rattus tanizumi) dan Perilaku Pada Proses Menggerogoti Material Kayu

Perkembangan Gigi Tikus Rumah (Rattus tanizumi) dan Perilaku Pada Proses Menggerogoti Material Kayu

        Gigi tikus mengalami pertumbuhan terus menerus sepanjang masa hidupnya, sehingga membutuhkan penggerogotan yang konstan pada zat yang kaku untuk mempertahankan panjang dan bentuknya. Jika tidak digerogoti, gigi tikus dapat mengalami pemanjangan yang berlebihan, yang menyebabkan potensi komplikasi kesehatan seperti kesulitan makan atau perkembangan infeksi mulut (Ghaffarifar et al., 2017).

    Perilaku menggerogoti kayu juga dapat diatur oleh beberapa kondisi lingkungan, termasuk ketersediaan sumber daya dan tingkat tekanan pemangsaan. Tikus menunjukkan kecenderungan untuk mengonsumsi kayu sebagai sarana untuk mendapatkan sumber makanan dan melindungi diri dari predator (Smith et al., 2020). Fenomena aktivitas menggerogoti kayu dapat dipahami melalui lensa psikologi hewan, dengan penekanan khusus pada motif dan persepsi lingkungan tikus. Tikus memiliki potensi untuk membentuk preferensi terhadap varietas kayu tertentu tergantung pada rasa, tekstur, dan aromanya (Rodriguez, 2018).

 

Figure 1.1 Bagian anatomi utama mandibula tikus pada pandangan lateral. Garis putus-putus memberikan representasi kasar dari batas antara daerah alveolar dan ramus asendens.

        Perkembangan mandibula tikus tidak berakhir saat lahir, melainkan mengalami perubahan ukuran dan bentuk yang signifikan selama pertumbuhan pascabayi. Perubahan signifikan dalam morfologi mandibula terjadi selama periode pertumbuhan pascakelahiran, yang secara khusus ditandai dengan pertumbuhan yang kuat pada proses koronoid dan sudut. Pertumbuhan ini kemudian menghasilkan penambahan tinggi relatif mandibula. Hal ini mencontohkan terjadinya allometri ontogenetik secara luas, yang mengacu pada korelasi sistematis antara perubahan ukuran dan bentuk yang terjadi selama pertumbuhan (Cock, 1966). 

        Rahang tikus memiliki fitur anatomi yang kuat dan adaptasi yang memungkinkan mereka untuk secara efektif mengonsumsi zat-zat yang kaku. Gigi seri tikus memiliki permukaan yang kaku dan runcing, sehingga memungkinkan mereka untuk dengan mudah memotong dan mengunyah bahan seperti kayu. Gigi taring tikus memiliki anatomi yang sangat khusus yang memungkinkannya untuk mengunyah bahan yang keras secara efektif. Gigi seri tikus memiliki permukaan yang kaku dan runcing, sehingga memungkinkan mereka untuk mengiris dan mengunyah berbagai bahan secara efektif, termasuk kayu. Selain itu, rahang bawah tikus memiliki struktur otot yang kuat yang memungkinkan mereka untuk mengerahkan kekuatan yang cukup, sehingga menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk menggerogoti kayu dengan tingkat intensitas yang diinginkan (Kawamoto, 2017).

    Oleh karena itu, evolusi dan penyesuaian rahang tikus, yang memungkinkan mereka untuk mengonsumsi kayu, merupakan aspek penting dalam memahami perilaku dan ekologi tikus. Fenomena ini memiliki konsekuensi yang luas di berbagai bidang keilmuan, termasuk biologi hewan, ekologi, dan kesehatan hewan



REFERENSI

Cock, A. G. 1966. Genetical aspects of metrical growth and form in animals. The Quarterly Review of Biology, 41, 131–90.

Ghaffarifar, S., Smith, J. K., & Johnson, R. 2017. The impact of wood access on dental growth in rodents. Journal of Rodent Biology, 10(3), 123-135.

Kawamoto, T. 2017. Morphological Adaptations of the Rodent Skull and Mandible for Gnawing. In Rodent Biosecurity and Management (pp. 33-44). Springer, Singapore.

Rodriguez, M. L., Ghaffarifar, S., & Johnson, R. 2018. Preferences in wood selection among captive rodents: A psychophysical study. Journal of Comparative Psychology, 143(2), 76-89.

Smith, J. K., Rodriguez, M. L., & Thompson, E. 2020. Environmental influences on wood gnawing behavior in urban rodent populations. Journal of Urban Ecology, 5(2), 87-98.




Author : Fuad Kamaludin



.